Friday, January 26, 2007

Renungan Wiken

Sebetulnya sedang tidak ada ide untuk posting. Jadi saya hanya akan bercerita tentang salah seorang sepupu saya yang malang, yang kini tengah dirundung duka yang berkepanjangan.

Panggil saja saudara saya itu dengan nama Pitak *sebetulnya kalau dia dengar akan sangat marah, tapi dia 'kan ga tau kalo lagi saya ceritain di sini. hehehe....* Pitak merupakan anak kedua dari om saya *adik laki-laki ibu saya* Perawakannya tinggi dan gagah *secara anggota Pasus* Namun sayang, memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan ayahnya whichiz om saya. Hubungan mereka inilah yang ingin sedikit saya singgung sebagai bahan perenungan bagi kita di akhir minggu ini *but i'd rather not =p*

Pitak kebetulan memiliki watak yang sama kerasnya dengan ayahnya. Pitak punya seorang kakak, panggil saja Jocrong *kalo yang ini rela dipanggil apa aja. =p* Jocrong dan Pitak hanya berbeda 1,5 tahun. Jadi fisik mereka tidak tampak jauh berbeda. Keduanya sama2 tinggi dan berkulit putih *err... sekarang sih keduanya berkulit lebih gelap* Yang membedakan adalah karakter dan wataknya serta kemampuan akademisnya. Kenapa kemampuan akademis saya singgung? Karena kemampuan akademis inilah yang menjadi masalah.

Bagi om saya, ayahnya Pitak dan Jocrong, kemampuan akademis yang bagus dan tinggi adalah di atas segalanya. Menurut beliao, jika seseorang tidak berprestasi di bidang akademis, maka ia adalah seorang yang gagal. Ini berkaitan dengan kemampuan akademis beliao yang memang di atas rata2 dan sering dipuji banyak orang bahkan mampu membawanya ke tingkat jabatan pekerjaan yang di-embannya saat ini di bidang IT di sebuah badan penelitian yang dinaungi oleh salah satu departemen pemerintah di Bogor.

Untuk itu, beliao pun menuntut hal yang sama dari ketiga anaknya *selain Pitak dan Jocrong ada satu lagi, si Ganteng* bahwa mereka haruslah berprestasi di sekolah agar bisa seperti ayahnya bahkan lebih dari ayahnya. Jocrong patut bersyukur karena ia dikaruniai otak yang cerdas oleh Allah. Sehingga ia tidak banyak mengecewakan ayahnya dalam hal ini. Sedangkan Pitak dan Ganteng.... Sebetulnya, kedua kakak beradik ini juga memiliki kemampuan akademis yang cukup. Namun tidak cukup tinggi seperti ayahnya dan Jocrong. Sehingga om saya bersikap sangat keras kepada mereka berdua.

Kembali ke laptop masalah Pitak, karena ia memiliki masalah dengan prestasi akademisnya, ia harus menelan pil pahit saat ini. Agar bisa mendapatkan pengakuan dari ayahnya, ia bercita2 untuk masuk ke sekolah SMU negeri kedua terfavorit di Bogor, seperti halnya Jocrong yang saat ini tengah bersekolah di sana. Sayangnya, secara prestasi akademis atau secara nilai rapor, dia tidak mungkin bisa masuk ke sekolah itu. Sehingga ia berharap pada jalur lain, yaitu Jalur Prestasi ekskul.

Selama ini, Pitak mengikuti ekskul Pasus di sekolah SMP-nya. Dan timnya selalu memenangkan berbagai perlombaan Pasus yang mereka ikuti. Nah, hari Minggu, 21 Januari 2007, kemarin, Pitak bersama timnya kembali mengikuti sebuah perlombaan baris berbaris di Bogor. Kabarnya lomba itu adalah lomba tingkat nasional. Dan lomba ini merupakan penentu apakah ia akan berhasil masuk ke sekolah itu lewat jalur prestasi atau tidak. Jika menang, maka semua akan beres. Tetapi jika tidak menang, maka petaka datang.

Hasilnya? Tentu saja petaka karena timnya hanya meraih juara ke tiga. Itulah mengapa Pitak saat ini tengah dirundung kesedihan dan keputus asaan. Impiannya untuk dapat membuat ayahnya bangga harus hancur hanya karena timnya meraih juara ke tiga.

Beberapa hal yang bisa kita petik dari kisah Pitak ini adalah bahwa prestasi, apapun itu, di bidang apapun prestasi itu diraih, seharusnya bisa menjadi sebuah kebanggaan yang tiada tara. Tidak ada prestasi yang membanggakan dan prestasi yang tidak membanggakan sepanjang prestasi itu kita raih dengan jalan yang baik.

Hal lain adalah, sebaiknya, kita tidak berharap keturunan kita *kelak ataupun saat ini* akan mengikuti jejak langkah kita dan memiliki kemampuan yang sama dalam hal yang sama dengan kita. Ingatlah, bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing2. Dan yang bisa menentukan apa kelebihan dan apa kekurangan sesuatu individu hanyalah Sang Maha Pencipta.

Eniwei, Happy Weekend, yupz!! Wish y'all get the best weekend ever! =)

11 comments:

Anonymous said...

hmmmm... renungannya boleh juga untuk kita yang mempunyai anak..

memang setiap anak, kemampuannya beda2, gak bisa disamain ato dipaksakan menurut kehendak kita.

Salam.

Arief Noviandi said...

Setuju mbak... "Tidak ada prestasi yang membanggakan dan prestasi yang tidak membanggakan sepanjang prestasi itu kita raih dengan jalan yang baik."

Insya Allah jadi masukan sebagai calon ortu.

Anonymous said...

kalo prestasinya na apa? :D
pasti ada kan?

Unknown said...

@joni: betul banget!
@arnov: amien n alhamdulillah kalo memang bisa jadi masukan buat si calon ortu! :)
@bebek: prestasi na? ya jelas ada dunkz! juara lomba makan ... :D

Rofiul Hadi said...

heuehue.. kenapa mesti dibanding2in yah.. kan setiap org punya karakter dan kemampuan yg berbeda beda..

berprestasi secara akademik tapi gak punya skil *nothing

bebex said...

Pitak -- Jocrong -- Ganteng
ga ada yang lebih bagus lagi apa nicknya kaya si bebex iniiiii...
*nunjuk2 diri
wakakak!!

Anonymous said...

setuju ama Arnov :D

Unknown said...

@idi@n - ippen: well, thats my uncle
@bebex: hodoooooooo..... =))
@tyka82: =)

Anonymous said...

setujuuu...!!!

tjahaju said...

kana... titip salam ya buat pitak ^_^ salam manis, he3x

Unknown said...

@triadi: yeay!! :jumpdie
@tjahaju: oke deee... ^_~